Curahan Hati Anak Muda Negeri yang Tak Ingin Perang Terjadi di Negaranya

Jakarta - Perang berkecamuk dalam pikiran Vitaly Kolschitzky.

Warga Ukraina berusia 24 tahun itu, yang besar di Sumy, 50 kilometer dari perbatasan Rusia, mempersiapkan mentalnya untuk skenario terburuk yang bisa terjadi ketika ketakutan akan perang meningkat.

Dia menyimpan sejumlah uang dan membeli stok makanan yang bisa bertahan lama serta pakaian.

"Saya harap saya harusnya tidak mengatakan ini, tapi menurut saya perang memungkinkan," ujar pria tersebut kepada Al Jazeera melalui telepon.

"Anak-anak muda sangat takut," lanjutnya, dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (8/2).

Ketika ketegangan antara Rusia dan Ukrainan mencapai titik didih, para pria muda dari dua negara pecahan Soviet itu tidak antusias terkait prospek pertempuran dalam konflik skala besar.

Pembicaraan tingkat tinggi melibatkan semua pihak dalam konflik - Ukraina, Rusia, AS, dan para pemimpin Eropa - gagal meredakan ketegangan.

Kekuatan-kekuatan Barat takut Moskow bisa jadi bersiap untuk menyerang Ukraina setelah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara dan peralatan militer ke perbatasan. Rusia membantah melakukan serangan.

Kolschitzky, yang rutin bertemu anak-anak muda Ukraina sebagai ketua Parlemen Pemuda Ukraina - mengatakan 2014 merupakan titik baliknya ketika Rusia mencaplok Krimea.

Dia juga kehilangan seorang teman SD-nya dalam konflik di Donbas.

"Jika ada banyak sudut pandang sebelumnya, setiap tahun semakin banyak anak muda menganggap Rusia sebagai musuh," ujarnya.

Kolschitzky yakin lebih banyak pria muda sekarang yang siap angkat senjata jika diperlukan.

Sasha Ivanitski (18) yang berasal dari ibu kota Ukraina, Kyiv, mengatakan banyak anak muda yang mempertimbangkan untuk melarikan diri jika perang pecah.

"Jujur saya sendiri akan pergi jauh jika perang mulai," ujarnya.

Sebuah survei oleh Institut Sosiologi Internasional Kyiv pada Desember menyatakan setengah dari warga berusia 18 sampai 29 tahun akan pindah ke wilayah lain di Ukraina atau luar negeri jika Rusia menyerang, persentase tertinggi dari kelompok usia manapun.

Editor jurnal politik Ukraine World, Volodymyr Yermolenko (41) mengatakan "sangat mungkin" pemuda akan wajib militer jika konflik meletus.

Namun, lanjutnya, anak muda sekarang yang tumbuh dalam masyarakat kapitalis membuat mereka kurang bersedia untuk bertempur dibandingkan orang tua mereka.

"Kesenjangan generasi terbesar antara anak muda dan orang tua adalah kemampuan mereka untuk menderita," jelasnya.

"Orang tua mereka dibesarkan dalam masyarakat yang sangat asketis, yang mengajarkan mereka perlu merasakan penderitaan.

Generasi baru tumbuh dengan pemikiran bahwa ada kesenangan di sekitar kita yang diberikan oleh dunia kapitalistik yang baik kepada kita," jelasnya, seraya menambahkan bahwa pemuda Ukraina di atas segalanya ingin menjalani "kehidupan regular".

Max Kovalev (18 ), seorang mahasiswa sejarah di Universitas Nasional Taras Shevchenko Kyiv, merasa skeptis tentang tekad para pemimpin ketika berbicara tentang perang.

"Sebagian besar jenderal kita korup dan mereka akan melarikan diri terlebih dahulu jika ada perang," katanya.

"Saya akan bergabung dengan tentara Ukraina, tetapi jika tidak ada perlawanan, saya pikir tidak ada gunanya bertempur."

Apatisme anak muda Rusia


Saat orang Ukraina memiliki sedikit kepercayaan terhadap para elit, beberapa anak muda Rusia memiliki tanggapan berbeda.

"Kelihatannya tidak nyata," kata Bogdan Ilyk (20 ), mahasiswa jurusan politik dari Moskow.

"Semacam menakutkan, tapi tidak akan benar-benar terjadi."

Ilyk mengatakan anak muda Rusia tidak yakin perang akan terjadi karena latihan militer masa lalu tidak berarti apa-apa.

"( Apatis adalah) produk otoritarianisme Putin-- karena tujuan rezim adalah membuat orang tidak tertarik pada politik," lontarnya.

Kurang dari 1 dari 5 orang Rusia berusia 18-29 memiliki minat dalam politik, menurut sebuah survei yang diterbitkan oleh kelompok riset Jerman Friedrich Ebert Foundation pada 2019.

Ilyk menekankan, anak muda Rusia kurang rentan terhadap publicity anti-Ukraina karena mereka tidak menonton TV yang dikendalikan negara, yang menayangkan liputan negatif dalam beberapa bulan terakhir.

"Apa tujuan NATO? Ingin menghancurkan Rusia? Ini membuat saya tertawa-- ini lucu, sangat tidak masuk akal," katanya.

Tetapi kurangnya akses ke sumber berita independen di Ukraina membuat orang Rusia yang lebih tua dan kurang paham lebih rentan terhadap narasi pemerintah, kata Kataryna Wolczuk dari lembaga penelitian Chatham Home yang berbasis di Inggris.

"Rusia (yang lebih tua) cenderung berpikir sejalan dengan 'narasi' resmi bahwa Rusia membela penutur bahasa Rusia di Ukraina, jadi ini lebih pada soal memberikan perlindungan daripada agresi," jelasnya.

"Pemuda Rusia jauh lebih apolitis dan mereka tidak melihat kebijakan Rusia terhadap Ukraina adalah sesuatu yang penting dan relevan."

Dukung Ukraina

Pada Juli tahun lalu, Putin menulis sebuah artikel yang mengklaim orang Ukraina dan Rusia adalah "satu orang" di Rus kuno, dan kemudian dipisahkan melalui "kesalahan".

"Orang-orang muda memiliki sudut pandang yang berbeda dan cenderung lebih mendukung Ukraina," kata Tonya (20 ), seorang mahasiswa sekolah movie dari Moskow.

"Kami merasa lebih berbelas kasih terhadap (mereka)," ujarnya, menambahkan bahwa beberapa temannya menolak mengunjungi Krimea sebagai protes terhadap pencaplokan Rusia.

"Bagus Ukraina didukung AS."

Survei independen Rusia Levada Maret lalu menemukan, orang Rusia berusia 18-24 adalah yang paling simpatik terhadap Ukraina dari semua kelompok usia, dengan 68 persen mengatakan mereka berpendapat baik tentang negara itu.

"Di satu sisi, saya merasakan nilai-nilai patriotik tertentu. Tetapi di sisi lain, ini adalah perang yang bodoh dan dengan alasan itu, saya tidak akan ambil bagian di dalamnya," kata Ravil, seorang warga Moskow berusia 20 tahun yang kuliah jurusan hukum.

Pada akhirnya, kata Ravil, anak muda Rusia memiliki kekhawatiran lain.

"Saya prihatin dengan ujian, kesulitan ekonomi, dan karier. Kami memiliki masalah yang lebih besar."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

China Mengalami Wabah Baru Covid-19 yang Bermula dari Penularan Sebuah Sekolah Dasar

Kejagung Dan Kejari Menangkap Buronan Korupsi Bank Mandiri Cabang Prapatan, Jakpus

Militan Taliban Mengepung Pasukan Perlawanan di Panjshir, Mengatakan Perdamaian